Pengurangan
Dampak Psikologis Pasca Trauma : Self Report And Sharing
- Pengertian Self Report and Sharing
Laporan
kepribadian atau Self Report merupakan teknik mempelajari individu yang
berhubungan sifat dasar pribadi individu, teknik yang mengungkap ciri-ciri atau
sifat kepribadian.Wujud dari laporan kepribadian adalah daftar jawaban lisan
atau kumpulan jawaban atas suatu daftar pertanyaan yang terstandard, dan
biasanya teknik ini dibantu dengan alat untuk mengetahui sifat-sifat individu
antara lain: tes kepribadian, observasi, wawancara, inventori, problem check
list, autobiografi.[1]
Self-report
adalah salah satu bentuk tes kepribadian dimana responden memberikan informasi
tentang dirinya sendiri dengan cara menjawab sejumlah pertanyaan, menuliskan
pada catatan pribadi atau melaporkan berbagai pemikiran danatau perilaku Cohen
dkk., 2005. Self-report digunakan untuk mengukur ciri khusus dari seseorang
seperti aspek emosi, motivasi dan sikap. Self-report juga dikenal dengan
sebutan self-report inventory di mana istilah “inventori” digunakan karena
hasil pengukuran yang diperoleh berasal dari jawaban pada serangkaian
pertanyaan atau pernyataan responden mengenai dirinya sendiri. Markam, 2005.
Self-report dianggap sebagai kuesioner karena pada dasarnya pembuatan
self-report ini disusun dengan teknik pembuatan kuesioner (Anastasi dan Urbina,
1997). [2]
Sharing adalah
hasil dari curahan isi hati, pikiran, perasaan, pengalaman, yang mengganjal di
hati seorang klien. Didalam pikiran dan perasaan klien yang tidak mengenakkan,
perlu untuknya diatasi agar tidak menyumbat perilaku tersebut. Maksudnya tidak
menyumbat perilaku adalah agar tidak menetapkan perilaku yang salah
(maladaptif) dan untuk menjadikan perilaku yang (adaptif) perilaku yang
benar.
B. Kelebihan Self Report
Self-report
memiliki kelebihan jika dibandingkan tes kepribadian lainnya (tes proyeksi)
yaitu dapat diberikan pada sejumlah orang dalam satu sesi pengambilan data.
Selain itu, administrasinya ketat serta pemberian nilai (skor) terhadap hasil
jawaban lebih terstruktur (Kaplan dan Saccuzzo, 2005). Menurut Anastasi dan
Urbina (1997) hasil pengukuran self report dapat menunjukkan pikiran dan
perasaan dari seseorang. Namun hasil tersebut bisa saja memberikan informasi
sebaliknya. Penyebab terjadinya ketidakakuratan hasil pengukuran self-report
bisa disebabkan karena tes tidak terkonstruksi dengan baik, responden tes tidak
memiliki pengetahuan yang akurat tentang diri atau secara sengaja melaporkan
keadaan dirinya yang tidak sebenarnya (Ciptadi, 2010).[3]
Salah
satu kelebihan lain dari self report adalah bahwa hal ini mudah diperoleh. Ini
juga merupakan cara penting bagi kita untuk mendiagnosis klien dengan
mengajukan pertanyaan. Mereka yang membuat laporan diri biasanya terbiasa
dengan mengisi kuesioner. Untuk penelitian, ini merupakan cara yang dapat
mencapai lebih banyak subjek tes daripada yang biasa dianalisis dengan
observasi atau metode lain. Ini dapat dilakukan relatif cepat sehingga seorang
peneliti dapat memperoleh hasil dalam beberapa hari atau minggu daripada mengamati
populasi selama jangka waktu yang lebih lama. Laporan diri dapat dibuat secara
pribadi dan dapat dianonimkan untuk melindungi informasi sensitif dan mungkin
mempromosikan tanggapan yang jujur.[4]
C. Tujuan Self Report and Sharing
a)
Membantu siswa untuk mengenali dirinya yaitu dengan memahami kelebihan dan
kekurangannya yang sesuai dengan kepribadiannya melalui jawaban-jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan.
b)
Membantu guru, khususnya guru BK untuk mengetahui dan memahami gambaran utuh
dari siswa.
c)
Membuat diagnosis permasalahan yang mungkin bisa muncul pada diri siswa dan
yang sedang dihadapi.
Layanan
ini diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi langsung antara dua orang atau
lebih, untuk saling mengemukakan dan menanggapi berbagai hal yang menjadi isi
hati, pikiran dan perasaan serta pengalaman tentang musibah gempa
yang baru-baru ini terjadi. Kegiatan komunikasi tersebut dapat
dimulai secara tertulis.[5]
D. Prosedur Self Report and Sharing
Nah dalam prosedur atau cara
melakukan Self Report and Sharing ini ada beberapa, diantaranya dengan
melakukan quisioner atau wawancara.
- QuisionerQuisioner atau bisa di sebut dengan mmberikan pertanyaan –pertanyaan kepada klien. Pertanyaan- pertanyaan ini yang menunjukkan tingkat kesetujuan serta menyeleksi posisi dari beberapa kata yang didefenisikan oleh konselor. Namun tak jarang dengan quisioner ini klien semena-mena dalam menjawab pertanyaan yg diberikan. Maka dari itulah konselor harus pandai mengolah kata agar si klien lebih terbuka dan jujur.
- WawancaraMerupakan proses wawancara dimana seorang konselor memimpin jalannya wawancara, merekam respon dari klien itu sendiri. Disini konselor harus meyakinkan bahwa kerahsiaan si klien itu terjaga dengan baik. Hanya klien dan konselor yang tau agar si klien mau berbagi informasi akan masalah yang dihadapinya.Helping Relationship dalam wawancara konseling menurut Brammer (1979) dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat pada diri konselor atau klien sendiri. Diantaranya :
- Klien harus memiliki persepsi, kebutuhan, nilai-nilai, perasaan, pengalaman, harapan, dan keahlian
- Konselor harus memiliki persepsi diri, kebutuhan, nilai-nilai, perasaan, pengalaman, harapan, dan keahlian dalam mewawancarai klien.
[1] [1]
http://happydsf.blogspot.com/2011/05/instrumen-laporan-kepribadian.html
[2] Anastasi,
A. dan Urbina, S. 1997. Psychological Testing. 7th edition. Pearson Prentice
Hall.
[3] Ciptadi,
B. 2010. Self-Report Inventory. BC Psychometrics Constultant. .
http://bcpsikometri.com/selfreport (16 Juli 2016).
[4] https://www.verywellmind.com/definition-of-self-report-425267
[5] http://konseling-trauma.blogspot.com/2009/11/self-report-sharing.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar