Selasa, 30 Juni 2020

Pengurangan Dampak Psikologis Pasca Trauma : Self Report And Sharing

  1. Pengertian Self Report and Sharing
Laporan kepribadian atau Self Report merupakan teknik mempelajari individu yang berhubungan sifat dasar pribadi individu, teknik yang mengungkap ciri-ciri atau sifat kepribadian.Wujud dari laporan kepribadian adalah daftar jawaban lisan atau kumpulan jawaban atas suatu daftar pertanyaan yang terstandard, dan biasanya teknik ini dibantu dengan alat untuk mengetahui sifat-sifat individu antara lain: tes kepribadian, observasi, wawancara, inventori, problem check list, autobiografi.[1]
Self-report adalah salah satu bentuk tes kepribadian dimana responden memberikan informasi tentang dirinya sendiri dengan cara menjawab sejumlah pertanyaan, menuliskan pada catatan pribadi atau melaporkan berbagai pemikiran danatau perilaku Cohen dkk., 2005. Self-report digunakan untuk mengukur ciri khusus dari seseorang seperti aspek emosi, motivasi dan sikap. Self-report juga dikenal dengan sebutan self-report inventory di mana istilah “inventori” digunakan karena hasil pengukuran yang diperoleh berasal dari jawaban pada serangkaian pertanyaan atau pernyataan responden mengenai dirinya sendiri. Markam, 2005. Self-report dianggap sebagai kuesioner karena pada dasarnya pembuatan self-report ini disusun dengan teknik pembuatan kuesioner (Anastasi dan Urbina, 1997). [2]
Sharing adalah hasil dari curahan isi hati, pikiran, perasaan, pengalaman, yang mengganjal di hati seorang klien. Didalam pikiran dan perasaan klien yang tidak mengenakkan, perlu untuknya diatasi agar tidak menyumbat perilaku tersebut. Maksudnya tidak menyumbat perilaku adalah agar tidak menetapkan perilaku yang salah (maladaptif) dan untuk menjadikan perilaku yang (adaptif) perilaku yang benar. 

B.        Kelebihan Self Report
Self-report memiliki kelebihan jika dibandingkan tes kepribadian lainnya (tes proyeksi) yaitu dapat diberikan pada sejumlah orang dalam satu sesi pengambilan data. Selain itu, administrasinya ketat serta pemberian nilai (skor) terhadap hasil jawaban lebih terstruktur (Kaplan dan Saccuzzo, 2005). Menurut Anastasi dan Urbina (1997) hasil pengukuran self report dapat menunjukkan pikiran dan perasaan dari seseorang. Namun hasil tersebut bisa saja memberikan informasi sebaliknya. Penyebab terjadinya ketidakakuratan hasil pengukuran self-report bisa disebabkan karena tes tidak terkonstruksi dengan baik, responden tes tidak memiliki pengetahuan yang akurat tentang diri atau secara sengaja melaporkan keadaan dirinya yang tidak sebenarnya (Ciptadi, 2010).[3]
Salah satu kelebihan lain dari self report adalah bahwa hal ini mudah diperoleh. Ini juga merupakan cara penting bagi kita untuk mendiagnosis klien dengan mengajukan pertanyaan. Mereka yang membuat laporan diri biasanya terbiasa dengan mengisi kuesioner. Untuk penelitian, ini merupakan cara yang dapat mencapai lebih banyak subjek tes daripada yang biasa dianalisis dengan observasi atau metode lain. Ini dapat dilakukan relatif cepat sehingga seorang peneliti dapat memperoleh hasil dalam beberapa hari atau minggu daripada mengamati populasi selama jangka waktu yang lebih lama. Laporan diri dapat dibuat secara pribadi dan dapat dianonimkan untuk melindungi informasi sensitif dan mungkin mempromosikan tanggapan yang jujur.[4]

C.        Tujuan Self Report and Sharing
a)      Membantu siswa untuk mengenali dirinya yaitu dengan memahami kelebihan dan kekurangannya yang sesuai dengan kepribadiannya melalui jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan.
b)      Membantu guru, khususnya guru BK untuk mengetahui dan memahami gambaran utuh dari siswa.
c)      Membuat diagnosis permasalahan yang mungkin bisa muncul pada diri siswa dan yang sedang dihadapi.


Layanan ini diselenggarakan melalui kegiatan komunikasi langsung antara dua orang atau lebih, untuk saling mengemukakan dan menanggapi berbagai hal yang menjadi isi hati, pikiran dan perasaan serta pengalaman tentang musibah gempa yang baru-baru ini terjadi. Kegiatan komunikasi tersebut dapat dimulai secara tertulis.[5]
D.        Prosedur Self Report and Sharing
            Nah dalam prosedur atau cara melakukan Self Report and Sharing ini ada beberapa, diantaranya dengan melakukan quisioner atau wawancara.
  1. Quisioner
    Quisioner atau bisa di sebut dengan mmberikan pertanyaan –pertanyaan kepada klien. Pertanyaan- pertanyaan ini yang menunjukkan tingkat kesetujuan serta menyeleksi posisi dari beberapa kata yang didefenisikan oleh konselor. Namun tak jarang dengan quisioner ini klien semena-mena dalam menjawab pertanyaan yg diberikan. Maka dari itulah konselor harus pandai mengolah kata agar si klien lebih terbuka dan jujur.

  2. Wawancara
    Merupakan proses wawancara dimana seorang konselor memimpin jalannya wawancara, merekam respon dari klien itu sendiri. Disini konselor harus meyakinkan bahwa kerahsiaan si klien itu terjaga dengan baik. Hanya klien dan konselor yang tau agar si klien mau berbagi informasi akan masalah yang dihadapinya.
    Helping Relationship dalam wawancara konseling menurut Brammer (1979) dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terdapat pada diri konselor atau klien sendiri. Diantaranya :
  • Klien harus memiliki persepsi, kebutuhan, nilai-nilai, perasaan, pengalaman, harapan, dan keahlian
  • Konselor harus memiliki persepsi diri, kebutuhan, nilai-nilai, perasaan, pengalaman, harapan, dan keahlian dalam mewawancarai klien.



[1] [1] http://happydsf.blogspot.com/2011/05/instrumen-laporan-kepribadian.html
[2] Anastasi, A. dan Urbina, S. 1997. Psychological Testing. 7th edition. Pearson Prentice Hall.
[3] Ciptadi, B. 2010. Self-Report Inventory. BC Psychometrics Constultant. . http://bcpsikometri.com/selfreport (16 Juli 2016).
[4] https://www.verywellmind.com/definition-of-self-report-425267
[5] http://konseling-trauma.blogspot.com/2009/11/self-report-sharing.html?m=1